Being Humans (BHMNS) Merilis Single Ketiga dari Album Mendatang Berjudul “Thiss Too Shall Pass”

0

 



Menghadirkan suasana kontemplasi dalam tempo maestoso”

UNIT musik rock asal Bandung, Being Humans (BHMNS) melanjutkan tongkat estafet pengenalan album terbarunya dengan melepas single berjudul “This Too Shall Pass”. Karya yang tercatat menjadi nomor urut tiga dari album yang akan diberi tajuk Attitude Altitude ini menawarkan suasana berbeda dengan 2 lagu yang telah dirilis sebelumnya, yaitu “Bulletproof” dan “Sleepwalker”.

“This Too Shall Pass” merepresentasikan suasana sofistik. Menggambarkan suasana batin manusia yang hari-hari hidupnya ada dalam interval batas “bahagia” dan “kesedihan”. Dengan kata lain, lagu berdurasi lima menit lebih ini mengajak pendengar untuk merenungkan kembali posisi hidup hari ini. 

Presentasi musikalnya sendiri dieksekusi dengan tempo maestoso dengan bebunyian desiran angin sebagai pembuka lagu, lalu mengalun sekuen sentuhan orchestra oleh Iday Adhya guna membingkai suasana kontemplasi pada keseluruhan lagu—termasuk untuk melengkapi alunan vokal dengan lirik yang diolah dari hasil penjiwaan alam batiniyah.

Line drum dan bass juga membingkaikan sepersis degup jantung yang tegap dan tenang. Lantunan vokal pada bagian reff memperkuat pesan dan suasananya, “nothing in live is permanent, every joy and every sorrow. Tomorrow owes nothing to the pass, remember this too shall pass”. 

“Mengingat tempo lagunya lambat, untuk seorang drummer yang terbiasa memainkan musik dengan tempo up beat, merupakan suatu tantangan tersendiri dalam memainkannya. Saya harus menahan ego dan emosi, suatu pelajaran yang berharga dan menarik,” tutur Ilman Adriana sang drummer.

“Lagu dengan tempo maestoso pasti lebih sulit untuk diracik, karena butuh feel & emosi yang pas, sesuai dengan nama temponya yang berarti agung & mulia,” ujar bassist, Bayu Prasetyo menambahkan.

Dalam proses memasak, gitaris Yuhka Sundaya menggambarkan bahwa menghadirkan “This Too Shall Pass” dalam versi murni terasa magical. Komunikasi dengan Luky Kusumah sebagai peracik lirik terkoneksi langsung dengan ekspektasi bagan lagu. 

“Belasan kali workshop di studio untuk menghadirkannya dalam racikan band yang utuh melibatkan komunikasi yang cukup alot, menghadapi banyak opsi. Hingga titik optimal di mana semua ekspektasi dan imajinasi beririsan, terkompromikan.” 

Dalam waktu penyiapan materi yang bersamaan, Luky Kusumah, sang vokalis, melakukan kontemplasi serius untuk menyusun liriknya agar saling bersinergi.

“Sesuai dengan tema lagu yang terhubung dengan makna “kerelaan”, sesi rekaman lagu ini bisa dibilang mengalir begitu saja dalam setiap ritme dan notasi yang muncul dari setiap individu. Hal yang kemudian merefleksikan wujud “kerelaan” dalam bentuknya yang lain”. 

Proses racik meracik ini pada akhirnya menghasilkan kesan intrinsik bagi seluruh personil meskipun secara waktu lumayan alot, diolah selama satu tahun. Tapi hasil akhirnya mereka sukai. Sebuah kesan akhir yang diinginkan oleh band manapun, “merinding dan kontemplatif”. 

Dalam proses teknisnya, seluruh materi “This Too Shall Pass” dikerjakan di Escape Studios, Bandung. Sementara untuk proses mixing-nya dipoles oleh keterampilan inderawi engineer legenda, Dadan “Kabel”. Sedangkan untuk proses akhir audio atau mastering dikerjakan langsung oleh vokalis-gitaris Luky Kusumah yang juga memiliki peran krusial lain sebagai produser lagu.

Bersama EARS—perusahaan digital management—sebagai kolaborator penyebaran dan pengelolaan, Being Humans (BHMNS) mengibarkan lagu “This Too Shall Pass” secara digital di beragam layanan streaming musik macam Spotify, Apple Music, Deezer, YouTube Music dan lain sebagainya terhitung Senin, 31 Maret 2025. 


Being Humans (BHMNS) adalah metamorfosa dari band Bohemians yang dicetuskan 23 tahun silam oleh Luky Kusumah dkk di Kota Bandung. Grup yang mendeklarasikan persona ‘Experimentalism of Glam Heavy Rock n Roll’ ini telah melalui berbagai dinamika; termasuk perubahan formasi/keluar masuk personel.

Pergantian nama Bohemians menjadi BHMNS sendiri dicetuskan pada pertengahan tahun 2021—tanpa huruf vokal namun tetap dibaca sama dengan nama yang mereka tanggalkan. Alasan keterpilihan nama BHMNS merupakan bentuk penghormatan atas peran kawan-kawan yang telah berjuang mengisi jurnal band selama ini. Meskipun sudah dengan wajah yang berbeda, rasa dan passion-nya masih dan akan terus digalakan sampai hari ini dan sampai titik darah penghabisan.

Belakangan, BHMNS telah sepenuhnya melepas falsafah ‘Bohemians’ dan mengubahnya menjadi Being Humans namun tetap memilih fonem BHMNS sebagai singkatan, tentu atas pertimbangan yang masih sama: rasa hormat yang besar terhadap pendahulu. Maka terhitung sejak 2024, Being Humans=BHMNS—begitu pun sebaliknya, bukan lagi: Bohemians=BHMNS. 

Being Humans (BHMNS) kini solid dengan formasi, Luky Kusumah pada vokal dan gitar, Nugroho Bayu Prasetyo (bass), Yuhka Sundaya (gitar, backing vokal), Robby Affiandi (gitar, backing vokal), dan Ilman Adriana (drum).


Sejauh ini, Being Humans (BHMNS) telah mengantongi tiga album penuh. Album debut yang memiliki judul Invasion dirilis pada tahun 2010 dengan format CD yang juga menjadi pintu masuk ke acara bergengsi L.A. Lights Indiefest era awal dan festival sekaliber Java Rockin'land. Sembilan tahun berselang sophomore Euphemism dirilis dipasaran dan disusul oleh album ketiga, Moon pada tahun 2023. Di luar itu, Being Humans (BHMNS) juga ikut andil dalam beberapa album kompilasi lokal, tak terkecuali single kolaborasinya bersama solois bergitar, Nissan Fortz dengan judul “Love is Home” yang rilis di masa pandemic melanda tahun 2020.


Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)