"Djanus Waves Kembali Memperkenalkan Single Keduanya Melalui 'Sumpah Serapah"

0



 

Pada lantunan sebelumnya bertajuk “Hey You” suara yang kami gemakan menjadi sebuah ayat pembuka dalam  dogmatis yang kami sebarkan, maka dari itu kami ucapkan selamat datang pada sejatinya diri Djanus Waves yang biasa kami ikrarkan yaitu SUMPAH SERAPAH”.


Sebuah idealis telah lahir dalam bentuk bisikan suara dan lantunan sendu tepatnya Oktober 2022 di Kota Malang, penghujung tahun yang coba dijadikan evaluasi dan resolusi pada halaman yang akan datang kedepanya dengan harapan membawa revolusi.


Tiga pemuda pengumpat yang menjadi awal pemecah keheningan, berdasarkan posisinya Muhamad Algifari dan Bayu Baldana sebagai lisan utama diiringi petikan senar amatir agar sedikit meramaikan kebisingan yang diciptakan. Kebisingan yang tercipta harus tetap terarah agar keresahan dapat tersampaikan, maka dari itu tugas Haikal Salwa mengatur tempo dalam tabuhan drumnya. Bisikan yang mereka bertiga suarakan terdengar oleh Kenca dan memutuskan untuk bergabung dengan para pengumpat dengan meramaikan bisikan yang diciptakan melalui hentakan bass.


Pengumpat kembali lagi dengan suara sejati mereka yang tetap pada satu narasi yang sama yaitu keresahan. Pekikan kali ini berbeda dari sebelumnya, jika melankolis mistis menjadi wajah pertama yang kalian kenal, maka dari itu “Sumpah Serapah” adalah perwujudan kami sebenarnya.


Gemaan yang kuat dengan lantunan distorsi adalah sebuah bentuk kesepakatan mufakat dari para pengumpat dalam memilih bagaimana menentukan kiblat genre yang akan terus kami gaungkan. Asing mungkin sebagai permulaan tapi kami berharap diksi yang kami ocehkan tetap tersampaikan pada rusuk dan tetap menusuk.


“Sumpah Serapah” bukan hanya sebuah tajuk, tapi bagi  kami selaku para pengumpat adalah titah. Titah dalam mengakumulasi setiap emosi yang mencuat dari celotehan keresahan. Dewandaru Malang Kota menjadi pemantik kami ketika masyarakat berada pada titik didihnya kerap kali mengumpat tak ter-arah, dengan demikian kami instrumenkan menjadi sebuah lantunan teriakan mereka dalam balutan.



Repetitif hidangan yang disajikan berupa keluhan membuat kami muak, tidak hanya omongan tetangga, rekan sejalan pun kerap atau bahkan sering mengeluh-eluhkan semua keresahan baik itu asmara hingga perkuliahan dalam bentuk umpatan. Dihadirkan jasa hisap sumpah serapah oleh kami karena sering terpaparnya cuatan yang berserakan tersebut


Lirik singkat tapi tepat menjadi subtansi yang kami melodikan dan citra kali ini dalam bentuk teriakan. Sautan kian sautan  gitar elektrik dengan distrosi kami sajikan dilengkapi tabuhan bass dalam diam yang mengikat seluruh kebisingan, sedikit berani gemaan drum kami naikan temponya dengan harapan seluruh luapan, ocehan, keresahan dan umpatan dapat tersampaikan oleh kami selaku penyedia hisap jasa Sumpah Serapah.


Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)