Dari Mitos ke Kekacauan, Ritus dalam Debut EP-nya, Ontran-Ontran

0

 



Zelos, Martius, Limos, dan Moros, metafor empat penunggang kuda akhir zaman dari Perjanjian Baru, kini muncul dalam versi lebih agresif. Mereka disebut Ritus, supergrup pengusung heavy/prog metal yang baru saja merilis debut EP berjudul Ontran-Ontran, tepat pada Minggu (13/04/2024) kemarin. 

Menggandeng Frekuensi Records, Ritus dalam Ontran-Ontran membenamkan empat track tajam dibalut distorsi, ledakan emosi, disusupi harmoni eksperimental. Ada nuansa garang dan energik yang disuntik narasi-narasi berat khas distopia. 

Pembawaan itu juga tidak lepas dari latar belakang para personel Ritus yang sebelumnya—dan masih—memperkuat nama-nama gawat, seperti Neurosesick, Strider, Blastmind, dan Berbisa. Beberapa grup yang namanya sudah akrab di telinga para penikmat musik agresif, khususnya di Malang. 

Terbentuknya Ritus sekitar tahun 2020 bisa dibilang tanpa rencana, begitu organik. Berawal dari sebuah utas iseng Anjar (Strider/Berbisa) di media sosial, mencuit soal hasratnya membentuk band progesif metal. Cuitan itu direspons lantang oleh Fajar (Neurosesick) dari kejauhan.

Anjar yang waktu itu sudah siap dengan dua materi, segera menggandeng rekan Strider-nya, Putra untuk mengisi drum. Lalu diikuti Lutfi (Blastmind), teman setongkrongan yang ikut berpartisipasi dengan bermain bass. Mereka yang berdomisili di Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur, bergerak duluan. Sementara Fajar dari Tangerang, Banten menggenapi musik dengan lirik dan vokal seraknya.

Namun tetap saja, akhirnya kolaborasi lintas kota ini pun menjadi genap. Mereka menemukan bentuk utuhnya dalam kuartet Zelos, Martius, Limos, dan Moros. Karakter mitologis yang mewakili konflik, perang, kelaparan, dan nasib, yang menjadi roh utama dalam setiap komposisi mereka. Namun kini, setelah proses rekaman selesai, Fajar secara resmi sudah tidak lagi menjadi bagian dari formasi aktif Ritus. Meski begitu, kontribusinya dalam vokal dan lirik menjadi fondasi penting dalam rilisan perdana ini.

Sementara itu, ‘Ontran-Ontran’ sendiri adalah istilah dari bahasa Jawa yang berarti kehebohan, keonaran, huru-hara, atau kekacauan. Di dalamnya memuat “Amuk”, “Kultur Kanibalis”, “Malam Kultus Iblis”, dan “Maha Pralaya”. Masing-masing menampilkan warna musik campur, antara heavy metal, groove metal, sludge, hingga progressive rock. Bisa ditelusuri pengaruh para pendahulu macam Tool, Gojira, Ghost, Mastodon, dan Kylesa.

EP ini menjadi respons atas kondisi sosial dan kemanusiaan, dibalut aransemen kencang, tapi sarat dinamika. Dengan fitur utama, “Maha Pralaya”, cerita tentang kehancuran masif atas kesaksian seseorang yang berperan sebagai pion dalam perang akhir zaman. Namun disentuh karakter manis vokal tamu, Winda Carmelita yang dengan sabar menggiring emosi. 

Tanpa mengesampingkan track lain, “Maha Pralaya” menjadi representasi paling tepat untuk menggambarkan musikalitas Ritus secara akurat. Agresif, intens, harmonis, dan ritualistik, sesuai hasrat inisiatornya. “Kami ingin musik kami terasa seperti ritual—abrasif, penuh amarah, tapi dengan maksud yang jelas,” harap Anjar.

Semua track direkam di AA Studio bersama Gege Prasetya (Good Boy Jimmy), dengan mixing-mastering dilakukan di Rama Studio. Selain Winda Carmelita, Firlyano Fadly (Noose) juga ikut berkontribusi, sebagai vokal tamu dalam “Amuk”. Sampul album digarap oleh Bagus Prasetyo, didukung kreasi font Primadya Rahmat Hidayat, serta Uzed Pucatpena di ranah layout


Saat ini, debut EP Ritus berjudul Ontran-Ontran sudah bisa dinikmati di berbagai platform digital streaming. Versi fisiknya akan dirilis Frekuensi Records tepat di event Malang Record Market, 9—11 Mei 2025 tak lama lagi. 

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)