Setelah merilis EP Prime Edition
di akhir tahun 2025 dengan tajuk “Pelan Tapi Party”, kini FooDomore merilis EP
1st Edition dengan judul True Episode: First Kiss.
FIRST KISS adalah sebuah
ciuman yang akan ungkapkan kejujuran. Tapi, kejujuran tidak akan selalu
menjanjikan keindahan. True Episode: First Kiss adalah mini album yang
menguak kejujuran di masa remaja dengan kisah cinta yang harus berakhir; Bahkan
mungkin harus diakhiri, sebelum dimulai.
Tersesat oleh cinta adalah
pengalaman yang akan sulit untuk dilupa. True Episode: First Kiss akan
menyublim 4 (empat) lagu menjadi chapter-chapter cerita cinta yang
terhubung; Buat hati menjerit karena luka. Bagi FooDoMore, True Episode:
First Kiss adalah mini album yang paling menyayat pedih, sedih dan merintih
dari seluruh penjuru arah, terselubung saling mengisi kehancuran yang
bertubi-tubi.
Keempat lagu tersebut menjadi sequel
kehancuran rasa dalam satu mini album pertama.
Cinta Yang Tak Mungkin;
Drama nyata kisah cinta sepasang remaja yang tengah memadu cinta yang ilusif.
Tertawa dalam tangis, karena tahu akhir cerita tak kan manis.
Kita Harus Berpisah; Tidak
langka terjadi di masa remaja, kita merasa jemu dan muak dengan Cinta. Cinta
yang sudah dimulai, tidak selalu mudah untuk diakhiri.
Bunga; Teringat cinta yang
ditolak pada saat pendekatan sudah dilakukan. Entah mengapa, dia lebih memilih
untuk memiliki kekasih lain, yang sebetulnya adalah kawan sepermainan. Dunia
seperti runtuh, karena cinta telah bertumbuh di waktu yang salah.
Diantara Kita. Tragedi
cinta segitiga sesungguhnya memang ada dan nyata. Entah mengapa tetiba rasa itu
ada bukan untuk mendua, bukan untuk melupa, tetapi memang nyata, bahkan tanpa
alasan tetiba memeluk asmara jiwa. Mengabadikan pahit yang menjerit sakit.
Seperti mendua, padahal menyatu dalam semu.
Warna musik yang disajikan
FooDoMore di eposide ini sungguh menunjukkan ketidaktentuan. Kesulitan dalam
mengemas mini EP ini adalah karena suasana ketersesatan dalam hidup yang
sungguh ingin disajikan nyata pada masa-masa remaja yang tidak tentu arah. Namun,
disaat yang sama, mendewasakan. Harus mencari kembali jati diri saat waktu
telah merusak rasa yang tidak dapat terulang kembali, tetapi melekat dalam nada
dan memori.