Fraidé Rilis Karya Perkenalan Format Mini Album (EP) Berjudul 'Reflection'

0

 



Satu lagi grup band baru pendatang dari Yogyakarta. Adalah Fraidé, kwartet indi pop yang terbentuk karena semangat serupa untuk merealisasikan mimpi yang sempat tertunda. Fraidé beranggotakan Gie Seddon (vokal), Gilang Hermani (gitar), Kade Agus (bass), dan Nano Rasendria (drum). Keempatnya bukan wajah baru di dunia musik lokal. Semuanya pernah berproses dan telah berkarya di grup band mereka sebelumnya.

Didirikannya Fraidé karena kesamaan visi mereka saat ini yang sudah sibuk dengan keluarga dan pekerjaan masing-masing. Kendati demikian, mereka mengamini bahwa musik selalu menjadi jalan untuk tetap lebih 'hidup'. Lalu mereka bersepakat membuat entitas baru dalam berkarya.

Nama Fraidé lahir dari kisah sederhana namun penuh makna bagi masing-masing personelnya. Di tengah padatnya rutinitas, satu-satunya waktu yang bisa mereka manfaatkan untuk berkumpul dan berlatih adalah hari Jumat, yang dalam bahasa Inggris berarti Friday. Ide nama Fraidé pertama kali dilontarkan oleh Gilang Hermani dan langsung disepakati personel lainnya.

"Semakin sering kami bertemu dan berproses bersama setiap hari Jumat, muncul satu pemikiran, 'Kenapa tidak Fraidé saja?'," kata Gie Seddon mengawali. Nama Fraidé disepakati bukan hanya karena latar waktu berkumpul dan berlatih, tetapi juga karena memiliki makna lebih luas. Jumat adalah awal dari akhir pekan dan momen yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Hari ketika orang mulai pulang ke rumah, berkumpul dengan keluarga dan sahabat, menemukan Kembali kebahagiaan setelah melewati hari-hari sibuknya.

"Di satu sisi, hari Jumat juga dianggap sebagai hari besar dan mulia bagi Sebagian orang. Sehingga harapan kami dari pemilihan nama Fraidé juga bisa menjadi istimewa seperti Jumat," timpal Gilang Hermani.

Untuk genre musik, secara umum Fraidé mengusung pop, namun tidak meninggalkan unsur overdrive hingga distorsi kental pada gitar. Fraidé mengambil banyak referensi dari grup-grup band alternatif rock 90-an, seperti The Cranberries, The Cardigans, Placebo, The Cure, Alanis Morissette, The Smashing Pumpkins, The Verve, dan selingkarnya.

 

Bukan rilis satu lagu, tapi langsung mini album Meski baru seumur jagung dan namanya belum banyak dikenal khalayak, namun Fraidé tetap percaya diri berkarya secara nyata. Tak cuma single atau satu lagu saja, Fraidé justru mengambil langkah berani langsung mengeluarkan empat lagu sekaligus. Keempat lagu itu mereka tuangkan dalam mini album atau extended play (EP) berjudul 'Reflection'.

Langkah ini patut diapresiasi, lantaran sejak beberapa tahun silam sebagian Musisi lebih gemar 'cari aman' dengan merilis single, satu demi satu saja. Memang, semua musisi punya pertimbangan masing-masing. Namun Fraidé juga punya alasan kuat kenapa harus merilis karya dengan format EP sebagai karya perkenalan.

Menurut Gie Seddon, Fraidé langsung merilis EP karena keempat lagu di dalamnya memiliki benang merah yang saling terhubung. Lagu-lagu ini bukan hanya berdiri sendiri, tapi merupakan bagian dari satu storyline utuh sebuah perjalanan emosional dan naratif, bertahap dan saling melengkapi.

Empat lagu yang ada dalam EP ‘Reflection’ sekaligus menjadi cerminan perjalanan batin, pencarian jati diri, dan proses pendewasaan yang dialami para personel Fraidé selama bertahun-tahun.

"Merilisnya secara bersamaan memungkinkan pendengar menikmati keseluruhan cerita. Ada pengalaman yang ingin saya sampaikan secara penuh mulai dari refleksi, pertanyaan, pencarian, hingga kesadaran. Jika dipisah-pisah, rasa dan makna dari keseluruhan cerita itu bisa terpotong," papar Gie Seddon.

"Dengan merilis EP ini secara utuh, kami berharap pendengar bisa masuk lebih dalam ke dalam ruang pemikiran dan batin kami, mengikuti alur kisahnya, dan mungkin menemukan bagian dari diri mereka sendiri di dalamnya," lanjutnya.

Selain itu, bagi Gilang Hermani, pencapaian terbesar musisi seharusnya adalah karya yang komplet. Karya tersebut dimaknai Fraidé bukan dari satu atau dua lagu saja, tapi lebih banyak lagu yang berkesinambungan.

"Saya dan teman-teman sepakat ketika sebuah band mengeluarkan karya, bentuk monumental dan pencapaiannya sebaiknya harus album, bisa dalam wujud EP ataupun full album," tambah Gilang Hermani.

 

Semua lagu dalam mini album 'Reflection' berbahasa Inggris, kenapa? Alasan Fraidé mengemas lirik berbahasa Inggris juga sangat matang. Bukan serta-merta mengesampingkan bahasa Indonesia, tapi sejak awal Fraidé punya visi agar karya mereka nantinya tidak melulu bisa dinikmati pendengar dalam negeri saja, namun juga bisa terjangkau audiens global.

Lirik empat lagu dalam EP tersebut awalnya dibuat oleh James Seddon, pasangan dari Gie Seddon. Setelah itu Gie mulai menyesuaikan lirik agar lebih pas dengan aransemennya. Proses kreatif keduanya berkembang secara natural dalam bahasa Inggris tanpa mengurangi makna maupun kedalaman cerita dari lagu pertama hingga terakhir.

"Jadi memang bahasa Inggris kami pilih sebagai jembatan untuk memperluas cakupan pesan dan emosi yang ingin Fraidé sampaikan. Bagi kami bahasa hanyalah medium, yang terpenting adalah rasa yang tersampaikan," kata Gie Seddon.

Fraidé juga optimis punya diferensiasi dengan grup-grup band lainnya. Bagi mereka, yang membedakan Fraidé bukan hanya dari genre atau aransemen musiknya, tapi lebih pada bagaimana mereka mengemas lagu dan pesan yang ingin disampaikan.

"Yang paling kami unggulkan adalah kedalaman pesan dalam setiap lagu. Lirik-lirik kami memang lahir dari pengalaman nyata dan fase-fase kehidupan yang kami rasa pernah atau akan dialami oleh siapa saja. Kami ingin setiap orang yang mendengarkan lagu Fraidé bisa merasa, 'Oh, ini tentang saya.'," jelas Gie Seddon.

Single utama dari mini album Fraidé juga berjudul 'Reflection'. Lagu ini terlahir dari momen refleksi mendalam Gie Seddon setelah ia menjalani perjalanan solo ke negeri orang. Perjalanan tersebut menjadi titik balik sebuah ruang sunyi yang justru penuh suara-suara dalam dirinya sendiri. Di sanalah muncul kesadaran bahwa musik bukan hanya sekadar pilihan, melainkan bagian dari hidup yang tak bisa ditinggalkan.

“Lagu 'Reflection' adalah simbol dari kesempatan kedua untuk saya dan teman-teman kembali bermusik, untuk mendengarkan kata hati, dan untuk memulai lagi dari titik yang lebih jujur," ujar Gie Seddon.

 

Setelah lagu 'Reflection', lagu kedua adalah 'Y&G' (Yellow and Green). Lagu dengan suasana sendu ini mengingatkan saat kita berada di titik bimbang, tapi kita harus tetap berjalan.

Masuk lagu ketiga, 'Déjà Vu', pesan dalam liriknya makin personal. Lagu ini soal cinta pada diri sendiri, tentang bagaimana ternyata versi terbaik dari dirimu itu sebenarnya sudah ada sedari dulu dan selalu terasa familier.

Lagu terakhir, 'Is Love', menyimpan satu pesan utama: cinta yang selama ini mengelilingi kita mungkin tidak terlihat atau tak dihargai akan tampak jelas Ketika kita kembali terhubung dengan diri sendiri. Ini adalah perayaan penerimaan diri dan melimpahnya cinta dalam hidup.

Bagi Fraidé, musik bukan hanya soal nada, tapi tentang bagaimana ia bisa menyentuh, menemani, dan menjadi cermin bagi perjalanan hidup seseorang.

Keempat lagu mereka membawa itu semua. "Itulah yang ingin kami 'jual', tentang keterhubungan emosional. Dan kami percaya, ketika sebuah lagu terasa relate, maka ia akan tinggal lebih lama di hati pendengarnya," kata Gilang Hermani.

Proses rekaman empat lagu tersebut dilakukan di dua studio sekaligus. Perekaman instrumen drum dan satu lagu untuk vokal diabadikan di Abel Studio. Kemudian vokal untuk tiga lagu lainnya direkam di Neverland Studio sekaligus bass dan gitarnya. Proses akhir mixing dan mastering dikerjakan oleh Bayu Randu.

EP 'Reflection' rilis pada Jumat 18 Juli 2025 di gerai-gerai musik digital seperti Spotify, Apple Music, Deezer. dll. Sedangkan untuk format audio visualnya berupa video lirik empat lagu akan mengudara melalui kanal YouTube Fraidé.

Usai merilis EP ‘Reflection’, Fraidé sudah mempunyai banyak rencana perihal karya. Fraidé akan menyiapkan beberapa konten video live perform, hingga mulai mematangkan materi-materi baru untuk album penuh tahun depan.

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)