LOST IN THOUGHTS, SAVED BY HOPE.
Jakarta, Indonesia (06/10/2025) - Pop-Punk lahir pada akhir 1970-an ketika band seperti The Ramones dan Buzzcocks memadukan energi punk dengan melodi pop, lalu berkembang lewat Descendents dan Bad Religion di era 1980-an. Popularitas globalnya meledak pada 1990-an berkat Green Day, The Offspring, dan Blink-182 yang membawa nuansa humor, cinta remaja, serta keresahan anak muda, kemudian berlanjut ke era 2000-an dengan Simple Plan, Good Charlotte, hingga Bowling for Soup yang identic dengan MTV dan film remaja. Setelah sempat meredup, pop punk bangkit kembali di 2010-an lewat band generasi baru seperti Neck Deep dan State Champs, bahkan Musisi mainstream seperti Machine Gun Kelly ikut mengadopsinya sehingga kembali relevan di kalangan Gen Z. Di Indonesia, pop punk mulai tumbuh pada akhir 1990-an hingga awal 2000-an melalui pengaruh media global, dengan Rocket Rockers sebagai pionir, lalu disusul oleh Endank Soekamti, Pee Wee Gaskins, dan Closehead yang menjadikannya lekat dengan kultur anak muda, skate, dan distro. Hingga kini, pop punk lokal tetap hidup dengan lahirnya band-band baru seperti Stand Here Alone dan Sunday Carousel, yang menjaga semangat genre ini tetap relevan di skena musik independen.
Birds of Tragedy, band EMO asal
Jakarta, yang telah mengeluarkan single Favorite Places, kini kembali membawa
warna baru melalui NONSENSE TRAFFIC JAM. Birds of Tragedy memulai perjalanannya
pada mei 2024, disebuah tempat tongkrongan yang kami anggap rumah, di Jakarta
Barat. Pertemuan kami berawal dari almamater yang serupa yaitu Institut
Kesenian Jakarta (IKJ). Dengan formasi Mellani Marissha pada Vokal, Aveson
Baihaqi pada gitar, Shafa J. Firdaus pada gitar, Dimas Kharisma pada drum, dan
Teuku Zulkifly pada bass.
Dengan semangat Pop Punk yang
segar, Birds of Tragedy kembali hadir dengan single terbaru berjudul Nonsense
Traf ic Jam. Lagu ini merekam pergulatan batin seseorang yang terjebak dalam
overthinking, perasaan tak berharga, dan siklus hidup yang melelahkan. Namun,
di balik nuansa gelap itu, muncul suara penuh harapan—sebuah ajakan untuk
bertahan hingga akhir.
Dari lirik yang suram tentang
pikiran yang kusut dan kenyataan pahit, lagu ini perlahan bertransformasi
menjadi pesan penguatan, seakan berkata bahwa kita tak perlu menghadapi semua
beban sendirian. Ada janji tentang hari yang lebih baik, tentang perjalanan
yang terasa lebih ringan jika dilalui bersama. Nonsense Traf ic Jam bukan hanya
sekadar curahan hati, tapi juga hadir sebagai pelukan hangat bagi siapa pun
yang tengah tenggelam dalam rasa lelah dan keraguan diri.
Birds of Tragedy mengucapkan
terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu, serta rekan-rekan media,
radio, penyelenggara event, dan pihak-pihak lainnya yang sudah membantu
kegiatan promosi single ‘Nonsense Traffic Jam’ dari Birds of Tragedy. ‘Nonsense
Traffic Jam’ oleh Birds of Tragedy dapat didengarkan di semua platform
streaming musik digital per tanggal 17 Oktober 2025.


.png)