Kelompok Musik Tanam Tuai resmi meluncurkan EP perdana mereka bertajuk "Kabar dari Selatan" dalam pertunjukan istimewa di Pendopo Wali Kota Bandung, Rabu malam, 22 Oktober 2025. Peluncuran berlangsung dalam format yang tak biasa: panggung diubah menjadi kebun, puisi merajut lagu, dan tak ada MC yang memandu.
EP ini berisi lima lagu yang lahir dari kepedulian mendalam terhadap kehidupan petani di Pangalengan, daerah selatan Bandung. "Kami melihat langsung bagaimana petani berjuang dengan cuaca yang kian tak menentu. Ini bukan sekadar cerita, ini realitas mereka setiap hari," ujar Nissan Fortz, vokalis dan gitaris Tanam Tuai. "EP ini adalah cara kami menyampaikan kabar dari sana. Dari tanah yang memberi kita makan."
Tanam Tuai beranggotakan tujuh musisi: Nissan Fortz (gitar, vokal), Zaki Peniti (bass, vokal), Fiksi (gitar elektrik, vokal latar), Ratimaya (dongeng, vokal latar), Ratih Putria (keyboard, vokal latar), Wandi (drum, vokal latar), dan Johny Jacko (perkusi, vokal latar). Lima lagu dalam EP "Kemarau Basah", "Pesan Damai", "Kami Makan yang Kau Tanam", "Kentang Kol", dan “Air Mata di Negri Sendiri” menawarkan narasi musikal tentang tanah, petani, protes, dan hubungan kita yang semakin jauh dengan sumber pangan.
Pertunjukan peluncuran di gelaran Titik Kumpul Kolaborasi Energi Episode 142 ini menghadirkan konsep panggung yang unik. Berkolaborasi dengan Buruan Sae, panggung ditata menyerupai kebun dengan ubi, kangkung, kol, dan sayuran lainnya sebagai instalasi. "Kami ingin penonton merasakan bahwa musik ini lahir dari tanah, bukan dari studio yang steril," kata Zaki Peniti.
Yang lebih menarik, pertunjukan tidak menggunakan MC. Setiap lagu dirajut oleh pembacaan puisi panjang karya Bob Anwar, musisi dan sastrawan, dibawakan oleh aktor-aktor dari Universitas Pasundan (UNPAS). Puisi-puisi tersebut merespons dan menginterpretasi lirik lagu Tanam Tuai, menciptakan dialog antara musik dan sastra yang jarang ditemukan dalam pertunjukan musik kontemporer Indonesia.
Lagu-lagu dalam EP ini mengangkat tema-tema sederhana namun mendasar. "Kemarau Basah" menyoroti anomali iklim yang membingungkan petani: curah hujan tinggi di tengah musim kemarau. "Kami Makan yang Kau Tanam" adalah pengakuan jujur tentang ketergantungan kita pada kerja keras petani. Sementara "Kentang Kol" merayakan kesederhanaan hasil bumi dengan lirik repetitif yang hipnotis: "Tanam terus, tumbuh terus, siram terus, segar terus." "Pesan Damai" mengingatkan bahwa menjaga bumi adalah tanggung jawab bersama, dengan lirik yang sederhana namun kuat: "Bumi kita yang sama, menjaga pun bersama."
"Ini bukan album protes. Ini kabar. Kami hanya menyampaikan apa yang kami lihat dan rasakan, dan tentunya harapan" tegas Nissan Fortz. Dengan pendekatan musikal yang menggabungkan reggae Jamaican, folk, rock, dan elemen pop moderna tradisional, Tanam Tuai berusaha menjembatani kesenjangan antara kota dan desa, antara konsumen dan produsen pangan, antara petani dan sistem pemerintahan yang dirasa timpang: sebuah misi yang mereka jalani dengan sudut pandang yang romantik sekaligus reflektif.
EP "Kabar dari Selatan" kini tersedia di platform digital musik. Tanam Tuai berencana menggelar pertunjukan serupa di beberapa kota untuk terus menyebarkan "kabar dari selatan" ini.


