JAKARTA...., THEY BANNED ME...!!!!
Setelah merilis sendiri single ”Skinhead Kardus” tahun lalu akhirnya
kini The Fishska merilis full albumnya bertajuk ”Banned in Jakarta”. Jika pada
single itu mereka dibantu proses mixing dan masteringnya oleh musisi Ska -
Reggae dari Los Angeles Angel Salgado (The Delirians, King mantis Records) dan
Brian ”Dub Robot” Wallace (Sublime, Western Standard Time Ska Orchestra), maka
di album ini dibantu oleh musisi LA Ska - Reggae lainnya. Mixing dan mastering
album ini dikerjakan oleh Esteban Flores Valenzuela (Matamoska, The Bandulus,
ex - Steady 45s, The Beat, Aggrolites, Catbite, The Suicide Machines, dll) dan
John Roy (Smoke and Mirror Sound System).
Album ini berisikan 13 lagu yang dikerjakan selama kurang lebih tiga
setengah tahun proses rekaman. Direkam marathon sejak November 2019, sempat
berhenti karena pandemi lalu dimulai kembali akhir 2021 dan selesai sesi
studionya bulan Juni 2023.
Adapun personil The Fishska yang terlibat dalam pengerjaan album ini
adalah formasi terakhir setelah mereka mengalami beberapa kali pergantian
personil sejak dibentuk 1997 lalu. Mereka adalah Arya Sajiwa (Drums), Rio
Supriyatno Kado (Guitar), Muhamad Sidik (Bass), Ahlan Yutiar (Organ), Liga
Chaniago (Vocals).
Beberapa lagu di album ini merupakan materi lama yang ditulis sebelum
The Fishska vakum di tahun 2011. Diantaranya adalah ”Rudy Got Soul?” (ditulis
2008), ”Puritan” (ditulis 2009), dan satu lagu remake ”Ska Not Dead” (ditulis
2006, pernah dirilis dalam kompilasi No More Heroes). Sedangkan sisanya adalah
lagu yang ditulis sejak mereka aktif bermusik kembali di tahun 2017. Seluruh
lagu direkam di Apache Studio Bekasi dan dimixing di Francisco Studio milik
Esteban Flores Valenzuela. Sedangkan
proses masteringnya di Steady 45s Studio, Los Angeles.
Album yang berjarak 19 tahun setelah album pertama mereka dirilis ini
meramu Traditional Ska, Early Reggae/Skinhead Reggae, Funk, dan Soul. Tak ada
lirik ceria tentang dansa dansi dan ”happy-happy” seperti layaknya band ska
pada umumnya di dalam album ini. Secara benang merah lirik di album ini
bercerita tentang hal-hal yang terjadi di ruang lingkup pergaulan sosial skena.
Yaitu hal-hal kelam dan dianggap tabu untuk dibahas pelaku skena yang selalu
dalam keadaan euforia silaturahmi dan pertemanan.
Pengkhianatan, penipuan, intrik intrik kotor, konflik horizontal, tipu
daya, rip off, pembungkaman dan manipulasi dibahas secara lugas dan vulgar
tanpa basa basi atau kata-kata bersayap. Sisi-sisi dan sudut-sudut tergelap
skena yang tak banyak dijamah bahasan penduduknya, namun nyata terjadi dan
dialami oleh The Fishska sendiri. Refleksi sederet kepahitan dan kejadian getir
yang memaksa The Fishska untuk vakum nyaris tiga belas tahun yang lalu. Semua
itu dimuntahkan dengan susunan kata-kata satire sinis getir yang lantang.
Kontras dengan musik yg cenderung upbeat dan ”Funky Reggae”.
The Fishska juga berkolaborasi dengan beberapa musisi lokal dan luar
negeri dalam pengerjaan album ini. Diantaranya dengan King Dika ”The Almighty
D” (Efek Rumah Kaca, Down Town 68, Gudthings) yang bermain trumpet di lagu
”Momma Scene” dan ”Puritan”. Selain itu juga ada Onny (Rocket Steady, The
Mursadath, Tulang Besi) yang juga bermain Trombone di lagu ”Momma Scene”. Lalu
ada Dwi Rush (Don Lego) yang bernyanyi duet dengan Liga di lagu ”Momma Scene”
dan Sir Iyai (Don Lego, Sir Iyai Music) pada lagu ”Ska Not Dead”.
Sedangkan musisi luar negeri yang berkolaborasi dengan mereka adalah
John Roy (Smoke And Mirror Sound system). John adalah seorang Multi
Instrumentalist, Sound Engineer dan Dub Engineer dari San Diego California,
Amerika Serikat. Selain itu John juga mempunyai sebuah label rekaman bernama
Escape Hatch Records yang kerap bekerjasama dengan figur-figur top skena ska LA
khususnya seperti Jesse Wagner dari The Aggrolites. Pada album kedua The
Fishska ini John meremix dua lagu The Fishska, yaitu ”Confession of a Skinhead”
dan ”Rudy Got Soul?” menjadi versi Dub. Kedua lagu ini direncanakan akan
dirilis juga dalam bentuk vinyl dibawah Escape Hatch Records.
Jadi apakah kalian siap menahan perasaan mendengarkannya...? We’ll see
about that...


