Omenarie Hadirkan “Tuju” yang Menjadi Polaris Bagi Jiwa-jiwa Hilang dan Terjatuh dalam Lautan Gelap Penuh Kebimbangan.

0

 



Pandemi memang berlalu, tetapi luka yang menganga akibat keterpurukan dalam kekelaman yang kala itu melanda dunia dan seisinya masih mengendap dalam diri tiap-tiap manusia pun hingga saat ini. Begitu pula Omenarie, dalam menyusuri tapak demi tapak yang kian hari kian gelap dan mengabur, “Tuju” hadir sebagai penanda, penunjuk, pengingat akan arah kehidupan pada jiwa-jiwa yang tengah jatuh, tersesat, hilang, dan dilanda bimbang serta gulana akan dunia yang tak jelas arah dan harapannya.


“Tuju” terlahir secara empirik dari seorang Omenarie yang melihat dan merespon pada batin serta keadaan lahir yang tergambar pada pandemi beberapa tahun silam. Sebuah upaya bagi diri sendiri dan sekelilingnya yang awalnya berupa ‘keberpura-puraan’ atau harapan semu dalam menjalani kehidupan tidak terarah ini, menjadi harapan seterang Polaris yang menunjukkan jalan yang jelas arahnya, membimbing keluar dari kebimbangan, dan menguatkan kembali batin dan jiwa yang tak yakin sebelumnya.


Tak lepas dari imej yang melekat erat pada Omenarie, seorang frontman dari grup eksperimental “Monohero” asal Malang, Omenarie membawa ciri khas vokalnya pada project solonya ini. Alunan merdu dan khas Omenarie berjodoh dengan petikan manis nan ritmis gitar kian beresonansi dengan jiwa-jiwa yang hilang tadi. Lirik dalam “Tuju” pun menjadi sungai yang mengalir begitu saja, tak deras, juga tak lambat, pasti, dan terarah menuju satu titik “Tuju”. 


“Gemericik air terdengar, Sepoi-sepoi angin menabrak dedaunan, Layaknya pesan yang dikirimkan,” tidak ada tendensi untuk menjadi lagu yang dalam dan berat, sebaliknya “Tuju” adalah kejujuran, apa adanya, dan senantiasa duduk di sebelah kita sembari mendengarkan keluh kesah yang tiap detik kita utarakan. “Semangat untuk kalian semua yang sedang berusaha bertanggung jawab akan hidup yang dijalani dan berjuang melawan nafsu dalam diri.” ujar Omenarie dalam suratnya. Hingga terakhir, pada klimaks lagu ini, kita serasa dipeluk hangat oleh Aurora dari puncak gunung dengan segala kemegahan namun juga kerendahan hatinya. Eloknya menari-nari pancarona, juga hadirnya mendekap erat nyaman dan aman di dalamnya.


Pada awalnya, Omenarie tidak berniat untuk merekam dan meriliskan “Tuju”, hingga akhirnya pada akhir 2022 sewaktu berkunjung ke Jakarta bersama Santos (Santosold) dia diajak untuk perform di sebuah cafe membawakan beberapa materi solo miliknya. Lantas Santos pun menanyakan kenapa tidak direkam saja lalu mengenalkannya pada Iden (Gaharaidens), drummer dari Lorjhu’. Proses perekaman “Tuju” dan beberapa materi lainnya pun dilakukan di studio milik Iden.


Sempat ragu dalam proses perekaman, Omenarie ditabrakkan pada kondisi naik turun, yakin tidaknya dalam perilisan materi ini. “Lumayan insecure sebenernya, moodnya naik turun antara yakin atau enggaknya rilis materi solo ini, apalagi aku nggak bisa main gitar yang enak/profesional, jadi agak susah di bagian gitar.” ujar Omenarie. 


Sama seperti pesan yang diangkat pada “Tuju”, direncanakan materi ini rilis pada tahun lalu, namun melalui proses yang tidak terburu-buru dan mengalir apa adanya, “Tuju” pun dapat diriliskan pada 11 Oktober 2024 ini dan mulai bisa diakses melalui seluruh DSP yang ada.


Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)