Dopamin Kembali Gebrak Alunan Tweepop Menjadi ‘Pop Menjengkelkan’ Lewat Mini Album ‘Liberica’

0




Kuintet pop asal Serang, Banten ini kembali menggoyahkan alunan Tweepop yang sudah kental dengan aransemen manis menjadi alunan nada yang menjengkelkan lewat mini album mereka yang bertajuk ‘Liberica’.

Grup band yang berisikan Ihsan Karim (gitar, vokal), Rian Kahfi (bass), Faris Ramdhani (gitar), Iqbal Tawakal (drum) dan Faiqal Zhafran (keyboard) ini telah menyelesaikan rencana mereka selama setahun yang pastinya diisi dengan instrumen-instrumen kehidupan.

Tatkala matahari yang selalu menyinari kehidupan, dalam mengemas Liberica, Dopamin sendiri memiliki tujuan untuk terus selalu merangkul dan menyinari manusia-manusia yang mendengarnya. Bukan tanpa sebab, melainkan di dalam mini album yang berisikan 5 buah lagu ini, mereka merangkul beberapa aspek di dalam kehidupan, mulai dari hubungan antar manusia dengan tuhan nya, manusia dengan dirinya sendiri, kesetaraan gender, hingga kemuakan terhadap penguasa setempat.

Berbeda dengan single pertamanya, di dalam mini album ini, Dopamin tampil lebih berani untuk lebih leluasa dalam melakukan eskplorasi lintas genre. Masing-masing lagu dari mini album tersebut memiliki aransemen yang berbeda-beda, namun tetap mempertahankan sisi ‘ke-Tweepop-an nya.

Seperti benih yang ditanam di tanah yang tepat, lagu-lagu di dalam mini album ini memiliki potensi untuk tumbuh menjadi sebuah pergerakan dan menjadi penyemangat bagi yang merasa sendiri dalam kegelisahan dan ketidaksepahaman.

 

Hal ini dilakukan sekaligus untuk menampar stigma pop yang ‘bersih’, ‘rapih’, dan ‘populer’. Liberica sendiri diambil dari kata ‘Liberal’ yang berarti bebas dan ‘rhetoric’ yang berarti seni atau ilmu berbicara. Dengan begitu, Liberica berarti kebebasan dalam berbicara dengan menyampaikan pandangan yang luas tanpa batas dan terbuka, serta tidak mudah terpengaruh dan terjebak dalam dogma atau pemikiran yang kaku.


Dalam proses pembuatan mini album ini, Dopamin menghabiskan waktu satu tahun. Hal tersebut dikarenakan jarak masing-masing personil yang jauh karena aktivitas perkuliahan. Penggunaan kata Liberica sebagai judul EP Dopamin bertujuan untuk bersuara secara bebas, terbuka, dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Kebebasan bersuara tersebut dikemas dalam karya seni berbentuk lagu. Berikut adalah rincian per lagu dari Liberica.

 

HEY, MRS.BELLE

 

Bergerak dari banyaknya kasus atau peristiwa di sekitar lingkungan kita yang masih banyak menganggap bahwa perempuan hanyalah suatu ‘objek’ belaka, di mana dari semua hal ini, perempuan terus merasa dirugikan sehingga ada kemungkinan bahwa perempuan akan mendapati julukan sebagai kaum yang marjinal dalam konteks tertentu. Dimulai dari kasus pelecehan seksual yang selalu menyalahkan perempuan, kasus kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual yang terjadi di konser musik festival, hingga masyarakat yang masih menyembah bahwa perempuan hanyalah sebatas ‘objek’ belaka. Dopamin hadir untuk memberikan pesan atau menyuarakan bahwa itu semua bisa dilawan dengan cara apapun melalui lagu ini. Maka dari itu, di dalam lagu ini, kami persembahkan untuk kaum  perempuan-perempuan di luar sana yang hingga kini masih diteror dengan peristiwa-peristiwa yang mengancam eksistensi diri mereka.

Mereka yang ketika menghirup udara saja sudah mendapatkan ketidaknyamanan, mereka yang berjalan di malam hari harus merasakan ketidakamanan, mereka yang mendapatkan stigma bahwa mereka tidak cocok untuk dijadikan pemimpin, mereka yang ingin melakukan kebahagiaan namun dibatasi oleh lingkungannya, mereka yang ingin bersuara namun selalu dibungkam, mereka yang mendapatkan julukan ‘lemah’ oleh kaum tertentu, dapat kita kemas melalui lagu ini dengan lirik percintaan yang manis dengan tujuan untuk menyuarakan sekaligus mematahkan seluruh stigma negatif yang terjadi di lingkungan sekitar kita.

 

BE ME!

 

Selalu menyendiri, berbeda dari yang lain, mendengar ocehan sampah dari lingkungan sekitar, tidak membuat seseorang menjadi gentar untuk melakukan apapun yang mereka sukai. Mulai dari cara berpakaian, membuat identitas sosial, melakukan hal yang membuat kita senang, menurut kami adalah suatu fenomena pelepasan kebebasan berkeskpresi yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Setiap individu di muka bumi ini memiliki hak atas kebebasan diri nya sendiri, tanpa terkecuali. Maka untuk itu, di dalam lagu ini, kami tuangkan segala keresahan yang terjadi dalam realita sosial kita yang seiring dengan berjalannya perkembangan zaman masih banyak manusia- manusia yang selalu mendiskriminasikan atau memandang titik  kebahagiaan suatu individu lain dengan hanya sebelah mata. Lagu ini diciptakan untuk mereka yang merasa terasingkan dalam kehidupan sosialnya. Sesuai dengan lirik lagu yang tertera, “Whatever what people say to me, I just want to be happy with myself,” kami ingin membersamai individu-individu yang mendapatkan kebebasan dirinya terbatasi oleh lingkungan sosialnya. Karena, bagi kami, kebahagiaan adalah suatu hak perogatif dari seseorang.

 

VOOR HEN

 

Melihat kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang beberapa tahun ke belakang ini sangat semrawut, dimulai dari kebijakan-kebijakan yang mungkin hanya masuk akal bagi anak-anak SD kelas 2 (atau bahkan lebih rendah lagi, sial!) para tokoh yang merampas duit yang bukan hak-nya, para penjahat yang mengotori tangannya dengan membungkam kebebasan berekspresi, para penegak hukum yang justru melanggar aturan dari hukum yang mereka buat sendiri, para aparat yang justru melakukan tindakan represif atau para aparat yang justru melakukan sesuatu hal yang menjijikan padahal mereka yang seharusnya menjadi bagian untuk memusnahkan hal itu semua, (betapa ironisnya malah mereka yang menjadi pemain utamanya), dan para tokoh yang membohongi rakyat-rakyat kecil dengan menganggap bahwa rakyat adalah suatu sekumpuluan orang LEMAH dan BODOH hanya demi kepentingan pribadi belaka. Lagu ini dibuat untuk merepresentasikan atau menggambarkan dari kotornya perlakuan para manusia-manusia yang narsistik, dengan mengecap dirinya sendiri adalah orang yang KUAT dan tidak memiliki KEMALUAN untuk melakukan tindakan yang JAHAT. Padahal, mereka tidaklah kuat, melainkan hanya seonggok tikus yang MANIPULATIF yang dapat menjadi lantai yang disiram dengan super pel alias licik dan culas demi kepentingan diri nya sendiri. Dan, ya, secara ringkas, lagu ini adalah lagu satu-satunya dari Dopamin yang bertujuan untuk melakukan penyerangan berupa kritik sosial terhadap orang-orang di ‘atas’ sana.

 

VERTIKULTURAL

 

Vertikultural, sebuah lagu yang menggambarkan perjalanan hidup penuh pasang surut dan perubahan. Dengan lirik yang menyentuh, lagu ini mengajak pendengar untuk merenungkan kesalahan dan bagaimana setiap orang dapat bangkit dan berubah. Lirik seperti "Kembali ke pangkuan, mempelajari kesalahan" dan "Mari mulai perubahan" menyuarakan pesan bahwa meskipun hidup penuh tantangan, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Dengan alunan musik yang menggambarkan ritme kehidupan, Vertikultural mengajak kita untuk terus berkembang dan merayakan perubahan


Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)